Nama Guru : Muhammad Arief Rahman Hakim
Mata Pelajaran : PAI
Kelas : XI IPA dan XI IPS
Kode KD : 3.6 menganalisis perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
Materi : ayat dan hadits patuh / hormat pada orang tua
Tujuan Pembelajaran : peserta didik dapat sayang pada orang tua dan guru
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra ayat 23-24:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًاكَرِيمًا
Arab-Latin: wa qaḍā rabbuka allā ta'budū illā iyyāhu wa bil-wālidaini iḥsānā, immā yabluganna 'indakal-kibara aḥaduhumā au kilāhumā fa lā taqul lahumā uffiw wa lā tan-har-humā wa qul lahumā qaulang karīmā
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS: Al-Isra ayat 23-24).
وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا-, عَنْ اَلنَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ – أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِم
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ashr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keridhaan Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi, hadits ini sahih menurut Ibnu Hibban dan Al-Hakim) [HR. Tirmidzi, no. 1899; Ibnu Hibban, 2:172; Al-Hakim, 4:151-152. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan].
Faedah Hadits
- Hadits ini menunjukkan keutamaan berbakti kepada orang tua dan mencari ridha keduanya, dan membuat mereka senang (bahagia). Karena ridha dan kecintaan Allah itu datang karena keridhaan orang tua, murka Allah itu datang karena murka orang tua. Siapa yang berbuat baik pada orang tua, maka ia telah menaati Allah. Siapa yang berbuat jelek pada orang tua, berarti ia telah membuat Allah murka.
- Hadits ini jadi dalil wajibnya berbakti pada orang tua dan diharamkan durhaka kepada mereka.
- Ridha orang tua didapat dengan bakti, berbuat baik, dan bersikap lemah lembut.
- Bentuk berbuat baik pada orang tua adalah tidak mencela dan menghardik mereka ketika mereka sudah berada di usia senja.
- Di antara bentuk bakti adalah menuruti apa yang orang tua inginkan selama bukan maksiat.
- Ibu lebih didahulukan dalam berbakti dibanding ayah.
Bagaimana cara membahagiakan orang tua?
Pertama: Menuruti perintah keduanya.
‘Atha’ pernah ditanya oleh seseorang yang ibunya meminta kepadanya untuk shalat wajib dan puasa Ramadhan saja (tidak ada amalan sunnah, pen.), apakah perlu dituruti. ‘Atha’ mengatakan, “Iya tetap dituruti perintahnya tersebut.” (Al-Birr li Ibnil Jauzi, hlm. 67. Dinukil dari Kitab Min Akhbar As-Salaf Ash-Shalih, hlm. 398) Usamah bin Zaid, seorang sahabat yang dirinya dan orang tuanya disayangi oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa ia memiliki seribu pohon kurma. Ia memang sengaja mempercantik atau merapikannya. Lalu ada yang berkata pada Usamah, kenapa bisa sampai lakukan seperti itu. Usamah menjawab bahwa ibunya sangat suka jika melihat keadaan kebun kurma itu indah, maka ia melakukannya. Apa saja hal dunia yang diminta oleh ibunya, ia pasti memenuhinya. (Al-Birr li Ibnil Jauzi, hlm. 225. Dinukil dari Kitab Min Akhbar As-Salaf Ash-Shalih, hlm. 396)
Kedua: Tidak menyakiti hati orang tua.
Imam Nawawi rahimahullah menerangkan bahwa ‘uququl walidain(durhaka kepada orang tua) adalah segala bentuk menyakiti keduanya. Taat kepada orang tua itu wajib dalam segala hal selain pada perkara maksiat. Menyelisihi perintah keduanya juga termasuk durhaka. Lihat Syarh Shahih Muslim, 2:77. ’Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma berkata,
إِبْكَاءُ الوَالِدَيْنِ مِنَ العُقُوْقِ
“Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua.” (Birr Al-Walidain, hlm. 8, Ibnul Jauziy)
Ketiga: Berakhlak mulia di hadapan keduanya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ فَقَالَ « أَحَىٌّ وَالِدَاكَ ». قَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ»
“Ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia ingin meminta izin untuk berjihad. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Ia jawab, ‘Iya masih.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.’” (HR. Muslim, no. 2549) Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan,
فَارْجِعْ إِلَى وَالِدَيْكَ فَأَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا
“Kembalilah kepada kedua orang tuamu, berbuat baiklah kepada keduanya.” (HR. Muslim, no. 2549) Imam Nawawi rahimahullah menerangkan bahwa ini semua adalah dalil agungnya keutamaan berbakti kepada kedua orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua lebih utama dibandingkan jihad. Ini jadi dalil—sebagaimana kata Imam Nawawi rahimahullah—bahwa tidak boleh seseorang pergi berjihad kecuali setelah mendapatkan izin keduanya jika keduanya muslim atau salah satunya muslim. Sedangkan jika kedua orang tuanya musyrik, menurut ulama Syafi’i tidak disyaratkan untuk meminta izin. Demikian penjelasan dalam Syarh Shahih Muslim, 16:95. Dari Urwah atau selainnya, ia menceritakan bahwa Abu Hurairah pernah melihat dua orang. Lalu beliau berkata kepada salah satunya,
مَا هَذَا مِنْكَ ؟ فَقَالَ: أَبِي. فَقالَ: ” لاَ تُسَمِّهِ بِاسْمِهِ، وَلاَ تَمْشِ أَمَامَهُ، وَلاَ تَجْلِسْ قَبْلَهُ
“Apa hubungan dia denganmu?” Orang itu menjawab, “Dia ayahku.” Abu Hurairah lalu berkata, “Janganlah engkau memanggil ayahmu dengan namanya saja, janganlah berjalan di hadapannya dan janganlah duduk sebelum ia duduk.” (HR. Bukhari dalam Adab Al-Mufrad, no. 44. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih secara sanad).
Keempat: Mendahulukan perintah keduanya dari perkara sunnah.
Sebagaimana pelajaran mengenai hal ini terdapat dalam kisah Juraij yang didoakan jelek oleh ibunya karena lebih mendahulukan shalat sunnahnya dibanding panggilan ibunya yang memanggilnya tiga kali.
Sumber https://rumaysho.com/20643-bulughul-maram-akhlak-mencari-ridha-orang-tua.html
Sumber https://rumaysho.com/20643-bulughul-maram-akhlak-mencari-ridha-orang-tua.html
HARIZKI
BalasHapusXI IPA 1
Antika Agustiawati
BalasHapusXI IPA 1
Tegar Praditha Erdiana
BalasHapusXI IPA 1
Nur Aini Ari Ongkana
BalasHapusXI IPA 3
Riko Fernando
BalasHapusXI IPA 3
Shela Safrina
BalasHapusXI IPA 3
Nama:Darma Putra Aditama
BalasHapusKelas :XI IPA 3
Rakha kumara zaki
BalasHapusXI IPA 3
Vinna Vebriyanti
BalasHapusXI IPA 3
Jovita yosepah
BalasHapusXI IPA 3
Dwi Adi Putra
BalasHapusXI ipa3
Aulia Ananda
BalasHapusXI IPA 3
Gusjiyanti Aries Tiano
BalasHapusXI IPA 3
Dhea Amanda Putri
BalasHapusXI IPA 3
INDRA BANGSAWAN
BalasHapusXI IPA 3
Firmansyah abdul aziz
BalasHapusXI IPA 3
Alyra Ayu Kinanti
BalasHapusXI IPA 3
Cece tiara safitri
BalasHapusXI IPA 3
Nur fajri vanza javier
BalasHapus11 ipa 3
Sabita Hamdunna Syafitri
BalasHapusXI IPA 3
Nadia istikomah
BalasHapusXi ipa 3
SHAYUQI AZIZ
BalasHapusXI IPA 3
Ziqri Abdillah
BalasHapusXI IPA 3
rafi daffa k
BalasHapusXI IPA 3
Yosa Nabila
BalasHapus11 Ipa 3