29 Juli 2020

اَلضَّمِيْرُ الْمُتَّصِلُ (Kata Ganti yang Bersambung)

اَلضَّمِيْرُ الْمُتَّصِلُ (Kata Ganti yang Bersambung)
Ada dhamir muttashil yang bersambung dengan isim dan ada yang bersambung dengan fi’il. Contoh yang bersambung dengan isim:

Contoh dhamir muttashil yang bersambung dengan fi’il:

https://qonitah.com/kata-kata-ganti-

28 Juli 2020

tugas kelas X IPS 1 IPA 3 IPA 5

Buatlah contoh kalimat yang didalamnya terdapat dhomir munfasil !
cukup satu contoh per dhomir

َهُو
همَا
ْهم
َهي
َهما
َّهن
َانت
اَنْتُمَا
ْاَنْتُم
ِاَنْت
انتمَا
َّانتن
َاَنا
ُنَحْن

tulis di kertas kemudian foto lalu kirim ke email 
ariefhakimofficial@gmail.com
maksimal pukul 17.00

FORMAT PENGIRIMAN
subjek isi dengan 
"TUGAS BAHASA ARAB"
Isi diisi dengan
Nama     :
kelas       :




ISI DAFTAR HADIR DI KOLOM KOMENTAR YA
NAMA DAN KELAS
BUDAYAKAN MEMBACA DENGAN TELITI!

27 Juli 2020

TUGAS X IPA 3 DAN IPA 4

Buatlah contoh kalimat yang didalamnya terdapat dhomir munfasil !
cukup satu contoh per dhomir

َهُو
همَا
ْهم
َهي
َهما
َّهن
َانت
اَنْتُمَا
ْاَنْتُم
ِاَنْت
انتمَا
َّانتن
َاَنا
ُنَحْن

tulis di kertas kemudian foto lalu kirim ke email 
ariefhakimofficial@gmail.com
maksimal pukul 17.00

FORMAT PENGIRIMAN
subjek isi dengan 
"TUGAS BAHASA ARAB"
Isi diisi dengan
Nama     :
kelas       :




ISI DAFTAR HADIR DI KOLOM KOMENTAR YA
NAMA DAN KELAS
BUDAYAKAN MEMBACA DENGAN TELITI!

24 Juli 2020

TUGAS KELAS X IPA 1

Buatlah contoh kalimat yang didalamnya terdapat dhomir munfasil !
cukup satu contoh per dhomir

َهُو
همَا
ْهم
َهي
َهما
َّهن
َانت
اَنْتُمَا
ْاَنْتُم
ِاَنْت
انتمَا
َّانتن
َاَنا
ُنَحْن

tulis di kertas kemudian foto lalu kirim ke email 
ariefhakimofficial@gmail.com
maksimal pukul 17.00

FORMAT PENGIRIMAN
subjek isi dengan 
"TUGAS BAHASA ARAB"
Isi diisi dengan
Nama     :
kelas       :





BUDAYAKAN MEMBACA DENGAN TELITI!

KELAS 11

CERITAKAN KEMBALI KISAH NABI YUSUF SECARA SINGKAT 
TULIS  DI KERTAS KEMUDIAN 
TUNJUKAN KEPADA SAYA
MAKSIMAL JAM 5 SORE
VIA EMAIL
ariefhakimofficial@gmail.com

FORMAT PENGIRIMAN
subjek isi dengan 
"TUGAS SIROH NABAWIYAH"
Isi diisi dengan
Nama     :


kelas       :

22 Juli 2020

Tugas bahasa arab kelas X IPS 3

Buatlah contoh kalimat yang didalamnya terdapat dhomir munfasil !
cukup satu contoh per dhomir

َهُو
همَا
ْهم
َهي
َهما
َّهن
َانت
اَنْتُمَا
ْاَنْتُم
ِاَنْت
انتمَا
َّانتن
َاَنا
ُنَحْن

tulis di kertas kemudian foto lalu kirim ke email 
ariefhakimofficial@gmail.com
maksimal pukul 17.00

FORMAT PENGIRIMAN
subjek isi dengan 
"TUGAS BAHASA ARAB"
Isi diisi dengan
Nama     :
kelas       :





BUDAYAKAN MEMBACA DENGAN TELITI!



21 Juli 2020

Tugas Siroh Nabawiyah Kelas XI

CERITAKAN KEMBALI KISAH NABI YUSUF SECARA SINGKAT 
TULIS  DI KERTAS KEMUDIAN 
TUNJUKAN KEPADA SAYA
MAKSIMAL JAM 5 SORE
VIA WA
(VC ONLY)

20 Juli 2020

Dhomir


Semoga Allah memberikan penjagaan kepada kita semua. Kita senantiasa memohon tambahan nikmat dari-Nya, dan semoga Allah terus menyempurnakan nikmat-nikmat itu di dunia dan di akhirat.
Di pelajaran  ini kita akan membahas kata-kata ganti (اَلضَّمَائِرُ). Kata-kata ganti (اَلضَّمَائِرُ) lebih dikenal dengan bentuk mufradnya, yaitu اَلضَّمِيْرُ.
Dalam ilmu bahasa Arab, isim dhamir itu secara umum terbagi menjadi dua:
  1. اَلضَّمِيْرُ الْمُنْفَصِلُ (kata ganti yang tidak bersambung).
  2. اَلضَّمِيْرُ الْمُتَّصِلُ (kata ganti yang bersambung).
Mari kita telaah penjelasan masing-masing dari kedua isim dhamir ini.

اَلضَّمِيْرُ الْمُنْفَصِلُ (Kata Ganti yang Tidak Bersambung)
Dhamir munfashil terbagi menjadi 12:
  1. هُوَ (Dia [laki-laki]): untuk orang ketiga (yang dibicarakan), tunggal (mufrad), mudzakkar.
  2. هُمَا (Mereka berdua [laki-laki/perempuan]): untuk orang ketiga, ganda (mutsanna), baik mudzakkar maupun muannats.
  3. هُمْ (Mereka [banyak laki-laki]): untuk orang ketiga, jamak, mudzakkar.
  4. هِيَ (Dia [perempuan]): untuk orang ketiga, mufradmuannats.
  5. هُنَّ (Mereka [banyak perempuan]): untuk orang ketiga, jamak, muannats.
  6. أَنْتَ (Kamu [laki-laki]): untuk orang kedua (lawan bicara), mufradmudzakkar.
  7. أَنْتُمَا (Kalian berdua [laki-laki/perempuan]): untuk orang kedua, mutsanna, baik mudzakkar maupun muannats.
  8. أَنْتُمْ (Kalian [banyak laki-laki]): untuk orang kedua, jamak, mudzakkar.
  9. أَنْتِ (Kamu [perempuan]): untuk orang kedua, mufradmuannats.
  10. أَنْتُنَّ (Kalian [banyak perempuan]): untuk orang kedua, jamak, muannats.
  11. أَنَا (Saya [laki-laki/perempuan]): untuk orang pertama (si pembicara) mufrad, baik mudzakkar maupun muannats.
  12. نَحْنُ (Kami [laki-laki/perempuan]): untuk orang pertama, jamak, baik mudzakkar maupun muannats; digunakan juga untuk orang pertama tunggal (mufrad) yang mengagungkan dirinya.

17 Juli 2020

Rasulullah dan Cerita tentang Akhlaknya


"Mereka itulah yang telah memperoleh petunjuk dari Allah, maka hendaknya kamu meneladani petunjuk yang mereka peroleh." Ulama-ulama tafsir menyatakan bahwa Nabi Saw pasti memperhatikan benar pesan ini. Hal itu terbukti antara lain, ketika salah seorang pengikutnya mengecam kebijaksanaan beliau saat membagi harta rampasan perang, beliau menahan amarahnya dan menyabarkan diri dengan berkata, "Semoga Allah merahmati Musa a s. Dia telah diganggu melebihi gangguan yang kualami ini, dan dia bersabar (maka aku lebih wajar bersabar daripada Musa a s.)." Karena itu pula sebagian ulama tafsir menyimpulkan, bahwa pastilah Nabi Muhammad Saw telah meneladani sifat-sifat terpuji para nabi sebelum beliau. Nabi Nuh a.s. dikenal sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah. Nabi Ibrahim  a.s.  dikenal sebagai seorang yang amat pemurah, serta amat tekun bermujahadah mendekatkan diri kepada Allah. Nabi Daud a.s. dikenal sebagai nabi yang amat menonjolkan rasa syukur serta penghargaannya terhadap nikmat Allah. Nabi Zakaria a.s., Yahya  a.s., dan Isa a.s., adalah  nabi-nabi yang berupaya menghindari kenikmatan dunia demi mendekatkan diri kepada Allah Swt. Nabi Yusuf a.s. terkenal gagah, dan amat bersyukur dalam nikmat dan bersabar menahan cobaan. Nabi Yunus a. s. diketahui sebagai nabi yang amat khusyuk ketika berdoa, Nabi Musa terbukti sebagai nabi yang berani dan memiliki ketegasan, Nabi Harun  a.s. sebaliknya, adalah nabi yang penuh dengan kelemahlembutan. Demikian seterusnya, dan Nabi Muhammad Saw. meneladani semua keistimewaan mereka itu. Ada beberapa sifat Nabi Muhammad  Saw yang ditekankan oleh Al-Quran, antara lain, "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu (umat manusia), serta sangat menginginkan kebaikan untuk kamu semua, lagi amat tinggi belas kasihannya serta penyayang terhadap orang-orang mukmin" (QS Al-Tawbah [9]: 128). Begitu besar perhatiannya kepada umat manusia, sehingga hampir-hampir saja ia mencelakakan diri demi mengajak mereka beriman (baca QS Syu'ara [26]: 3). Begitu luas rahmat dan kasih sayang yang dibawanya, sehingga menyentuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk-makhluk tak bernyawa. Atas dasar sifat-sifat yang agung dan menyeluruh itu, Allah Swt. menjadikan beliau sebagai teladan yang baik sekaligus sebagai syahid (pembawa berita gembira dan pemberi peringatan) "Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang  mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian." (QS Al-Ahzab [33]: 2l). Keteladanan tersebut dapat dilakukan oleh setiap manusia, karena beliau telah memiliki segala sifat terpuji yang dapat dimiliki oleh manusia. Dalam konteks ini, Abbas Al-Aqqad, seorang pakar Muslim kontemporer menguraikan bahwa manusia dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe: seniman, pemikir, pekerta, dan yang tekun beribadah. Sejarah hidup Nabi Muhammad membuktikan bahwa beliau menghimpun dan mencapai puncak keempat macammanusiatersebut. Karya-karyanya, ibadahnya, seni bahasa yang dikuasainya, serta pemikiran-pemikirannya sungguh mengagumkan setiap orang yang bersikap objektif. Karena itu pula seorang Muslim akan kagum berganda kepada beliau, sekali pada saat memandangnya melalui kaca mata ilmu dan kemanusiaan, dan kedua kali pada saat memandangnya dengan kacamata iman dan agama. Banyak fungsi yang ditetapkan Allah bagi Nabi Muhammad Saw, antara lain sebagai syahid (pembawa berita gembira dan pemberi peringatan) (QS Al-Fath [48]: 8), yang pada akhirnya bermuara pada penyebarluasan rahmat bagi alam semesta. Penulis: Fathoni Ahmad Editor: Muchlishon

15 Juli 2020

Kisah Nabi Musa hingga Umar bin Khattab Menghadapi Wabah


Musibah atau bala’ berupa penyakit atau wabah menular dapat diupayakan melalui pengobatan medis. Itu ikhtiar lahir yang wajib dilakukan manusia. Namun, ikhtiar batin juga penting dilakukan karena tak satu pun peristiwa atau kejadian di dunia tanpa campur tangan Allah SWT.
Perspektif transenden tersebut jangan lantas membuat seseorang berpikir fatalis sehingga tidak mengupayakan ikhtiar-ikhtiar lahir seperti pencegahan, penanganan, dan pengobatan. Karena ikhtiar yang dilakukan manusia juga bagian dari menjalankan perintah agama yang menganjurkan setiap umat Islam untuk berusaha.
Pentingnya menghadirkan nama Allah SWT dalam setiap upaya atau ikhtiar lahir ialah seperti terungkap pada kisah Nabi Musa ketika berusaha mengobati penyaktinya. Kisah tersebut dijelaskan Nadirsyah Hosen.
Ia mengungkapkan sebuah riwayat yang ditulis Imam Ar-Razi dalam tafsirnya. Saat menafsirkan Surah Al-Fatihah, Imam Ar-Razi menuliskan sejumlah kisah yang menceritakan aspek spiritual dari kalimat bismillah. Salah satu kisahnya ini:
Nabi Musa merasakan sakit di perutnya. Beliau mengadu kepada Allah yang kemudian menyuruhnya mengambil sejenis daun di padang pasir. Nabi Musa mengunyahnya dan sembuh dengan izin Allah.  
Kemudian Nabi Musa mengalami masalah lagi dengan perutnya, maka Nabi Musa langsung mengunyah kembali dedaunan itu, namun sakitnya malah bertambah nyeri.
Beliau mengadu: ’’Ya Rabb, waktu kali pertama aku makan, aku langsung sembuh. Tapi, kali kedua tidak hanya nggak sembuh, tapi malah bertambah parah.”
Allah menjawab: ’’Kali pertama kamu datang mengadu kepada-Ku memohon kesembuhan. Tapi, pada kali kedua kamu langsung saja mengunyahnya tanpa meminta petunjuk dan izin dari-Ku. Tidakkah kamu tahu bahwa dunia ini semuanya adalah racun dan penawarnya hanyalah dengan menyebut nama-Ku?”
Hal ini menunjukan bahwa setiap tindakan memerlukan pendidikan batin dengan tetap berdoa kepada Allah. Meskipun tindakan tersebut sesuatu yang biasa kita lakukan.
Dalam hal ini, penting untuk tetap memohon ridha Allah dalam setiap amal kebaikan yang kita lakukan. Peneliti asal Singapura, Mohamed Imran Mohamed Taib (2020) menjelaskan, pemikiran keagamaan terhadap wabah bukanlah pemahaman tunggal. Dalam sejarah pemikiran Islam, kita juga mengenal nama Lisan-ad-Din Ibn al-Khatib (1313-1375)–seorang ilmuwan dan penasihat Sultan Muhammad ke-5 di masa pemerintahan Islam di Granada, Andalusia pada abad ke-14.
Ibn al-Khatib merupakan ilmuwan pertama yang memperkenalkan ‘Teori Contagion’. Dengan menggunakan kaidah sains alam, dan berdasarkan pengalaman dari pengamatan atas wabah Black Death yang menimpa Eropa, termasuk Andalusia di abad ke-14, al-Khatib menolak dengan keras pandangan ulama konservatif terkait kepasrahan kepada Allah dalam menyikapi wabah penyakit menular. Baginya, penyebab wabah mesti dibuktikan melalui data, penelitian, renungan, dan penglihatan secara mendalam.
Di sini menununjukan bahwa dalam peristiwa tersebut terdapat dua corak pemikiran yang saling berseberangan. Pertama, corak pemikiran yang berlandaskan pada postulat agama dan menjelaskan segala hal dari sudut pandang teologi atau pun fiqih.  
Kedua, corak pemikiran yang terbuka kepada kajian empirik sehingga jawabannya mengalir dari bukti, bukan atas dasar penerimaan secara dogmatik. Kita semua juga dapat merenungi kisah yang pernah terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab. Di mana pada zaman pemerintahan beliau pernah terjadi wabah yang bermula di daerah Awamas, sebuah kota sebelah barat Yerussalem, Palestina.  
Muhammad Husein Haekal dalam Umar bin Khattab menjelaskan, kala itu wabah menyebar hingga ke Syam (Suriah) bahkan ke Irak. Diperkirakan kejadian wabah ini terjadi pada akhir 17 Hijriah dan memicu kepanikan massal saat itu. Sayidina Umar dan pasukannya disarankan untuk berbalik.
Namun, salah seorang sahabat mengatakan, apakah lantas dia sebagai pemimpin lari dari takdir Allah? Umar menanggapi bahwa dirinya dan pasukannya lari dari takdir Allah yang satu (buruk) ke takdir Allah yang lain (baik).
Seketika, sahabat Abdurrahman bin ‘Auf memperkuat Khalifah Umar mengenai sabda Nabi Muhammad SAW yang pernah mengatakan:
“Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian-kalian di dalamnya, maka janganlah kalian lari keluar dari negeri itu.” (Muttafaqun ‘alaihi, HR. Bukhari dan Muslim).
Pada akhirnya wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash ra memimpin Syam. Dengan izin Allah SWT dan kecerdasannya, Amr mampu menyelamatkan Syam dari wabah. Amr bin Ash berkata:
“Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Maka hendaklah berlindung dari penyakit ini ke bukit-bukit!”
Saat itu seluruh warga mengikuti anjurannya. Amr bin Ash dan para pengungsi terus bertahan di dataran-dataran tinggi hingga sebaran wabah Amawas mereda dan hilang sama sekali.

Sumber: 
https://islam.nu.or.id/post/read/119746/kisah-nabi-musa-hingga-umar-bin-khattab-hadapi-wabah


14 Juli 2020

Saat Khalifah Umar Memecat Panglima Khalid bin Walid

Tidak ada yang meragukan kecerdasan sahabat Nabi Muhammad, Khalid bin Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum dalam strategi melakukan penaklukkan sebuah wilayah. Ketika Sayidina Umar bin Khattab menjadi khalifah, ia tetap mendaulat Khalid bin Walid sebagai Panglima. Amanah yang juga dipegang Khalid saat kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. 
Kala itu Khalid mendapat tugas yang amat berat dari Khalifah Umar, yaitu menaklukkan kekuasaan Persia. Imperium besar yang dalam sejarahnya pernah menaklukkan Kerajaan Romawi ini mampu ditaklukkan Khalid di bawah perintah Umar bin Khattab. 
Keberhasilan menaklukkan Persia disambut pesta gemilang oleh seluruh pasukan. Namun, tidak demikian dengan Khalifah Umar. Dia membuat kaum muslimin terhenyak ketika tiba-tiba memecat Panglima Khalid. Umar merupakan satu-satunya kepala negara yang berani mengambil keputusan memecat Panglimanya yang hebat. 
KH Saifuddin Zuhri dalam memoarnya, Berangkat dari Pesantren (2013: 688) mengungkapkan, Khalifah Umar memecat Khalid bin Walid lantaran khawatir melihat gejala didewa-dewakannya Khalid oleh rakyat. Sang Khalifah juga memikirkan kepentingan pribadi Khalid. Karena gejala tersebut bisa merusak moral dan mental Khalid sendiri sebagai manusia yang bisa lupa daratan.
Menerima kenyataan dipecat dari jabatan Panglima tidak membuat Khalid berang maupun marah, ia malah ikhlas karena Khalifah Umar justru lebih memahami persoalan itu. Khalid pun tetap setia mendampingi Khalifah Umar. 
Khalifah Umar memang dikenal dengan ketegasannya. Tetapi di balik kharisma kepemimpinannya, ia merupakan sosok yang sangat sederhana. Maulana Jalaluddin Rumi dalam karyanya Al-Matsnawi, mengisahkan bahwa pada suatu ketika seorang penasihat kekaisaran Byzantium dari Constantinople datang untuk menghadap khalifah Umar bin Khattab di Madinah. 
Penasihat itu adalah seorang filsuf, cendikiawan, dan negarawan terkemuka. Setelah memasuki Madinah, utusan dari Byzantium itu merasa heran karena tidak melihat adanya istana kekhalifahan. Ia lalu bertanya kepada salah seorang penduduk Madinah. 
“Dimanakah istana raja kalian?” tanya sang utusan. 
Orang yang ditanya oleh ksatria Byzantium itu hanya tersenyum, dan dijawabnya: “Raja kami tidak memiliki istana megah, karena istana termegahnya adalah hati dan ruhnya sendiri yang senantiasa diterangi oleh cahaya takwa.” 
Utusan kekaisaran Byzantium itu merasa heran. Ia lalu kembali bertanya. “Lalu dimanakah raja kalian yang namanya kini tersohor itu, penakluk dua benua, penakluk dua imperium, Persia dan Byzantium itu?” tanya sang utusan. “Tidakkah tadi engkau sadar, di bawah pohon kurma yang baru saja kau lewati itu, seorang lelaki tengah memandikan dan memberikan makan kepada seekor unta?” kata seorang penduduk Madinah.

“Mengapa memang?” tanya sang utusan semakin penasaran. “Itulah sang khalifah dambaan kami, Umar ibn Khaththab. Ia tengah memberi makan dan memandikan unta milik baitul mal, milik anak-anak yatim, dan para janda.” Utusan itu kemudian tergetar. Ia benar-benar telah melihat sesosok raja besar yang sangat bersahaja. “Beritahu aku lebih jauh lagi perihal orang mulia itu,” kata sang utusan Romawi.





LATIHAN PAT KELAS 10 IPA 1 2 3 4

  Pilihlah jawaban yang benar ! 1.          Allah S WT telah mewajibkan menuntut ilmu bagi setiap muslim, diantara dalil perintah ...