12 Mei 2020

TUGAS

BUATLAH VIDEO KALIAN SEDANG MEMBACA AYAT TENTANG PERINTAH PUASA
SURAT AL-BAQOROH 183
KEMUDIAN UPLOAD DI INSTAGRAM 
LALU TAG INSTAGRAM YAYASAN, SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG DAN INSTAGRAM SAYA
PALING LAMBAT PUKUL 17.00 WIB

SEMANGAT GAES !!

11 Mei 2020

LIMA SIKAP NABI MUHAMMAD KEPADA ORANG SAKIT


“Bergembiralah wahai Ummul Ala, sebab Allah akan menghapus dosa-dosa seorang Muslim dengan sakit, seperti api yang menghapus kotoran emas dan perak,” kata Nabi Muhammad ketika mengunjungi Ummul Ala yang sedang sakit. Nabi Muhammad memiliki perhatian yang besar manakala ada salah satu sahabatnya yang jatuh sakit. Berbagai macam hal dilakukan Nabi Muhammad untuk meringankan beban penderitaan sahabatnya yang sakit, mulai dari menjenguk hingga menghiburnya. Berikut sikap Nabi Muhammad ketika mengetahui sahabatnya sakit. Pertama, menjenguk. Nabi Muhammad selalu meluangkan waktunya untuk menjenguk sahabatnya yang sedang sakit. Meski tengah sibuk sekali pun, jika mendengar kabar salah seorang sahabatnya sakit, maka Nabi Muhammad langsung menjenguknya. Apa yang dilakukan Nabi Muhammad itu bukan lah sebuah beban atau keterpaksaan, namun sebuah hak yang harus ditunaikan seorang Muslim. Dalam satu hadits, Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa hak Muslim atas Muslim lainnya itu ada lima, di antaranya adalah menjenguk orang sakit. Selain itu, tujuan Nabi Muhammad mendatangi orang sakit adalah untuk membahagiakan orang tersebut dan keluarganya. Bagaimana tidak, seorang sahabat akan sangat senang manakala dikunjungi Nabi Muhammad di rumahnya. Bagi seorang sahabat, kedatangan Nabi Muhammad adalah sebuah berkah tersendiri.  
Kedua, memberikan kabar gembira. Ketika melawat orang sakit, Nabi Muhammad juga menyampaikan kabar gembira kepada yang bersangkutan. Kata Nabi, orang sakit akan mendapatkan pahala atas penyakit yang menimpanya dan dosa-dosanya akan dihapus dengan sakitnya. Hal ini pernah diutarakan Nabi Muhammad ketika mengunjungi Ummul Ala atau Ummu Kharijah binti Zaid bin Tsabit.   
Ketiga, mendoakan. Ketika menjenguk orang sakit, Nabi Muhammad selalu berdoa agar Allah memberikan kesembuhan dan mengangkat penyakitnya. Terkadang Nabi Muhammad juga menyertakan doa pengampunan dosa dan perlindungan agama mereka yang sedang sakit. Ada banyak doa yang disampaikan Nabi Muhammad untuk sahabatnya yang sakit. Di antaranya adalah doa Nabi Muhammad ketika menjenguk sahabat Salman al-Farisi berikut: “Semoga Allah menyembuhkanmu, mengampuni dosamu, dan mengafiatkanmu dalam hal agama serta fisikmu sepanjang usia.” 
Keempat, meringankan beban. Nabi Muhammad sadar bahwa orang sakit itu payah. Oleh karenanya, beliau memberikan keringanan kepada orang sakit. Misalnya, beliau meminta sahabat perempuan Rufaidah untuk mengobati Sa’ad bin Muadz yang terkena anak panah pada saat Perang Khandaq. Rufaidah adalah seorang yang memiliki kemampuan untuk menanangi orang yang sakit.  Sebaliknya, Nabi Muhammad ‘marah’ ketika ada seseorang yang memperketat sebuah hukum terhadap mereka yang tengah sakit. Terkait hal ini, ada sebuah cerita dari Jabir bin Abdullah. Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi dan teman-temannya berada dalam satu perjalanan. Di tengah jalan, ada satu di antara mereka yang kepalanya terkena batu. Singkat cerita, orang yang kepalanya terkena batu tersebut mimpi basah. Dia bertanya kepada teman-temannya yang lain, apakah ada keringanan baginya untuk bertayamum, sebagai pengganti mandi besar. Teman-temannya menjawab bahwa tidak ada keringanan baginya. Orang tersebut kemudian mandi dan kemudian meninggal dunia. Mendengar hal itu, Nabi Muhammad ‘marah.’ Kata Nabi, orang-orang yang menjawab ‘tidak ada keringanan’ tersebut seharusnya bertanya manakala tidak tahu. Jangan menjawab sesuatu yang mereka tidak tahu sehingga menyebabkan konsekuensi yang fatal, hingga nyawa temannya sendiri melayang. “Cukup lah bagi orang itu untuk bertayamum dan menaruh perban pada lukanya kemudian membasuh di atasnya, dan mencuci seluruh badannya,” kata Nabi Muhammad dalam Nabi Sang Penyanyang (Raghib As-Sirjani, 2014).  
Kelima, mengobati. Nabi Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur ketika kafir Quraisy memburu mereka, dalam perjalanan hijrah ke Yatsrib. Karena kelelahan akhirnya Nabi Muhammad terlelap dalam tidur. Sementara Abu Bakar memaksakan matanya agar tetap terjaga. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Nabi. Hingga ia melihat sebuah lubang ular di dekat kakinya. Karena khawatir ular tersebut keluar sewaktu-sewaktu dan menggigit Nabi, maka Abu Bakar menutup lubang tersebut dengan telapak kakinya. Benar saja, ular tersebut menggingit kaki Abu Bakar hingga membuatnya menangis karena menahan rasa sakit. Nabi Muhammad terbangun setelah terkenan tetesan air mata sahabatnya itu. Usai menceritakan semuanya, kaki Abu Abu bakar yang digigit ular tersebut diusap Nabi Muhammad dengan tangannya yang lembut. Seketika itu juga, Abu Bakar tidak merasakan rasa sakit lagi, akibat gigitan ular. 


08 Mei 2020

Kisah Nabi Musa hingga Umar bin Khattab




Musibah atau bala’ berupa penyakit atau wabah menular dapat diupayakan melalui pengobatan medis. Itu ikhtiar lahir yang wajib dilakukan manusia. Namun, ikhtiar batin juga penting dilakukan karena tak satu pun peristiwa atau kejadian di dunia tanpa campur tangan Allah SWT. Perspektif transenden tersebut jangan lantas membuat seseorang berpikir fatalis sehingga tidak mengupayakan ikhtiar-ikhtiar lahir seperti pencegahan, penanganan, dan pengobatan. Karena ikhtiar yang dilakukan manusia juga bagian dari menjalankan perintah agama yang menganjurkan setiap umat Islam untuk berusaha. Pentingnya menghadirkan nama Allah SWT dalam setiap upaya atau ikhtiar lahir ialah seperti terungkap pada kisah Nabi Musa ketika berusaha mengobati penyaktinya. Kisah tersebut dijelaskan Nadirsyah Hosen. Ia mengungkapkan sebuah riwayat yang ditulis Imam Ar-Razi dalam tafsirnya. Saat menafsirkan Surah Al-Fatihah, Imam Ar-Razi menuliskan sejumlah kisah yang menceritakan aspek spiritual dari kalimat bismillah. Salah satu kisahnya ini: Nabi Musa merasakan sakit di perutnya. Beliau mengadu kepada Allah yang kemudian menyuruhnya mengambil sejenis daun di padang pasir. Nabi Musa mengunyahnya dan sembuh dengan izin Allah.   Kemudian Nabi Musa mengalami masalah lagi dengan perutnya, maka Nabi Musa langsung mengunyah kembali dedaunan itu, namun sakitnya malah bertambah nyeri. Beliau mengadu: ’’Ya Rabb, waktu kali pertama aku makan, aku langsung sembuh. Tapi, kali kedua tidak hanya nggak sembuh, tapi malah bertambah parah.” Allah menjawab: ’’Kali pertama kamu datang mengadu kepada-Ku memohon kesembuhan. Tapi, pada kali kedua kamu langsung saja mengunyahnya tanpa meminta petunjuk dan izin dari-Ku. Tidakkah kamu tahu bahwa dunia ini semuanya adalah racun dan penawarnya hanyalah dengan menyebut nama-Ku?” Hal ini menunjukan bahwa setiap tindakan memerlukan pendidikan batin dengan tetap berdoa kepada Allah. Meskipun tindakan tersebut sesuatu yang biasa kita lakukan. Dalam hal ini, penting untuk tetap memohon ridha Allah dalam setiap amal kebaikan yang kita lakukan. Peneliti asal Singapura, Mohamed Imran Mohamed Taib (2020) menjelaskan, pemikiran keagamaan terhadap wabah bukanlah pemahaman tunggal. Dalam sejarah pemikiran Islam, kita juga mengenal nama Lisan-ad-Din Ibn al-Khatib (1313-1375)–seorang ilmuwan dan penasihat Sultan Muhammad ke-5 di masa pemerintahan Islam di Granada, Andalusia pada abad ke-14. Ibn al-Khatib merupakan ilmuwan pertama yang memperkenalkan ‘Teori Contagion’. Dengan menggunakan kaidah sains alam, dan berdasarkan pengalaman dari pengamatan atas wabah Black Death yang menimpa Eropa, termasuk Andalusia di abad ke-14, al-Khatib menolak dengan keras pandangan ulama konservatif terkait kepasrahan kepada Allah dalam menyikapi wabah penyakit menular. Baginya, penyebab wabah mesti dibuktikan melalui data, penelitian, renungan, dan penglihatan secara mendalam. Di sini menununjukan bahwa dalam peristiwa tersebut terdapat dua corak pemikiran yang saling berseberangan. Pertama, corak pemikiran yang berlandaskan pada postulat agama dan menjelaskan segala hal dari sudut pandang teologi atau pun fiqih.   Kedua, corak pemikiran yang terbuka kepada kajian empirik sehingga jawabannya mengalir dari bukti, bukan atas dasar penerimaan secara dogmatik. Kita semua juga dapat merenungi kisah yang pernah terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab. Di mana pada zaman pemerintahan beliau pernah terjadi wabah yang bermula di daerah Awamas, sebuah kota sebelah barat Yerussalem, Palestina.   Muhammad Husein Haekal dalam Umar bin Khattab menjelaskan, kala itu wabah menyebar hingga ke Syam (Suriah) bahkan ke Irak. Diperkirakan kejadian wabah ini terjadi pada akhir 17 Hijriah dan memicu kepanikan massal saat itu. Sayidina Umar dan pasukannya disarankan untuk berbalik. Namun, salah seorang sahabat mengatakan, apakah lantas dia sebagai pemimpin lari dari takdir Allah? Umar menanggapi bahwa dirinya dan pasukannya lari dari takdir Allah yang satu (buruk) ke takdir Allah yang lain (baik). Seketika, sahabat Abdurrahman bin ‘Auf memperkuat Khalifah Umar mengenai sabda Nabi Muhammad SAW yang pernah mengatakan: “Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian-kalian di dalamnya, maka janganlah kalian lari keluar dari negeri itu.” (Muttafaqun ‘alaihi, HR. Bukhari dan Muslim). Pada akhirnya wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash ra memimpin Syam. Dengan izin Allah SWT dan kecerdasannya, Amr mampu menyelamatkan Syam dari wabah. Amr bin Ash berkata: “Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Maka hendaklah berlindung dari penyakit ini ke bukit-bukit!” Saat itu seluruh warga mengikuti anjurannya. Amr bin Ash dan para pengungsi terus bertahan di dataran-dataran tinggi hingga sebaran wabah Amawas mereda dan hilang sama sekali. Penulis: Fathoni Ahmad Editor: Muchlishon

07 Mei 2020

SAYYIDAH AISYAH PEMBELA KAUM WANITA


Sayyidah Aisyah adalah orang sangat cerdas, berwawasan luas, memiliki daya tangkap dan daya ingat yang kuat. Ia hidup sebagai pasangan suami-istri bersama Nabi Muhammad selama sembilan bulan.   Dia menimba banyak ilmu langsung dari Nabi sehingga memiliki 2.210 sanad hadits. Hadits-hadits riwayat Sayyidah Aisyah banyak berkaitan dengan hukum Islam sehingga para ulama menjadikannya sebagai rujukan. Sayyidah Aisyah tidak hanya seorang intelektual. Ia juga seorang aktivis. Ia membela hak, kewajiban, dan kehormatan kaum perempuan. Banyak kaum Muslimah yang mengadu dan curhat kepadanya perihal persoalan rumah tangga dan urusan keperempuanan. Dan Sayyidah Aisyah mencarikan solusi atas segala persoalan itu. Merujuk Sayyidah Aisyah (Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, 2019) dan Sayyidah Aisyah: Ibu dan Pemimpin Wanita Muslimah (Abdul Hamid Thahmaz, 1999), ada banyak kisah tentang pembelaan Sayyidah Aisyah terhadap kaum perempuan, baik secara langsung maupun tidak. Seperti diriwayatkan an-Nasai, suatu ketika ada seorang wanita mendatangi Sayyidah Aisyah. Dia mengadu bahwa bapaknya akan menikahkannya dengan si fulan (keponakan bapaknya) agar kedudukannya bapaknya terangkat—riwayat lain untuk menutupi kebobrokan moralnya. Namun, si wanita mengaku tidak suka dengan calon pilihan bapaknya itu. Sayyidah Aisyah kemudian menyampaikan keluhan wanita tersebut kepada Nabi Muhammad. Beliau langsung mengirimkan seseorang untuk memanggil bapak wanita itu. Setelah Nabi dan bapaknya membahas aduannya, wanita tersebut berkata bahwa sesungguhnya dirinya mengizinkan apa yang dilakukan bapaknya itu. Namun ia sengaja mengadu kepada Sayyidah Aisyah dan Nabi Muhammad. Tujuannya adalah agar para wanita lainnya mengetahui bahwa bapak tidak memiliki hak untuk memilihkan suami untuk anak perempuanya. Pada kesempatan lain, Sayyidah Aisyah pernah mendengar Khaulah binti Tsa’labah yang mengadukan perlakuan suaminya kepada Nabi Muhammad. Kata Khaulah, suaminya telah menikmatiknya ketika dirinya masih muda. Dirinya juga sudah banyak melahirkan anak dari suaminya itu. Namun ketika Khaulah sudah tua, suaminya malah mengucapkan zihar kepadanya. Zihar adalah ucapan suami yang menyamakan istrinya dengan ibunya, yang mana itu berarti lafal talak. Atas hal itu, maka turunkan QS. Al-Mujadalah ayat 1: “Sesungguhnya Allah telah berkenan mengabulkan gugatan seorang istri yang mengadukan kepadamu (Nabi Muhammad) berkenaan dengan tingkah laku suaminya.” Ketika Nabi di rumah Aisyah, datang seorang wanita yang merupakan istri dari Tsabit bin Qais. Wanita tersebut mengaku kalau Tsabit bin Qais telah memukulnya hingga tulang pada sebagian wajahnya retak. Nabi kemudian memanggil Tsabit untuk duduk bersama. Lalu beliau berkata agar wanita tersebut mengambil sebagian harta Tsabit dan minta diceraikan. Kemudian pada masa lalu seorang suami bisa menceraikan istrinya berulang kali. Maksudnya, suami bisa menceraikan istri dan suami bisa merujuk lagi selama masa iddah istrinya—yang diceraikan tersebut- belum habis. Hal ini tentu saja menyiksa kaum wanita. Sebagaimana hadits riwayat at-Tirmidzi dari Sayyidah Aisyah, ada seorang laki-laki yang melakukan itu. Dia menceraikan istrinya sekehendak hatinya. Bahkan seratus kali lebih. Wanita yang diceraikan dan dirujuk lagi secara secara sewenang-wenang tersebut akhirnya mengadu kepada Sayyidah Aisyah. Karena tidak mengetahui jawabannya, Sayyidah Aisyah diam. Ia kemudian meneruskan aduan wanita tersebut kepada Nabi Muhammad. Beliau pun diam sehingga turun QS. Al-Baqarah ayat 229: “Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. Setelah itu bisa rujuk lagi dengan cara yang baik atau menceraikannya dengan cara yang baik.”   Semenjak saat itu, orang menjadi lebih berhati-hati dalam urusan talak. Lebih dari itu, Sayyidah Aisyah tidak segan-segan menentang siapa saja yang mendiskreditkan dan merendahkan harkat dan martabat kaum hawa.   Diriwayatkan bahwa suatu hari ada seorang yang menuturkan satu ‘hadits’: ‘Shalat batal karena adanya keledai, anjing, dan wanita.’ Mendengar hal itu, Sayyidah Aisyah marah dan mendamprat orang yang mengatakan itu. Ia tidak rela wanita disamakan dengan keledai dan anjing.   “Atas dasar apa kalian menyamakan kami (kamu wanita) dengan keledai dan anjing. Demi Allah, aku pernah melihat Rasulullah shalat malam dan aku di atas pembaringanku. Aku terlentang antara posisi beliau dan kiblat. Saat tiba-tiba aku ingin buang hajat, aku tidak mau bangkit dan mengganggu shalatnya sehingga aku menyelinap keluar melewati antara kakinya,” kata Sayyidah Aisyah. Sayyidah Aisyah juga pernah ‘menyemprot’ dan marah terhadap Abu Hurairah. Pasalnya, saat itu Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda: ‘Sesungguhnya anggapan sial ada pada wanita, hewan ternak, dan rumah.’ Sayyidah Aisyah langsung membetulkan hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut. Kata dia, kamu Jahiliyah lah yang mengatakan itu, bukan Nabi, dan beliau kemudian meng-quote-nya. “Sesungguhnya Nabi Muhammad mengatakan, ‘Kaum Jahiliyah mengatakan: kesialan itu ada pada perempuan, hewan ternak, dan rumah.’  Kemudian Sayyidah Aisyah membacakan firman Allah (QS. Al-Hadid ayat 22): “Tiadalah suatu musibah menimpa di bumi dan tidak juga pada dirimu kecuali telah tertulis pada Kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya.” Wallahu ‘alam


06 Mei 2020

SANG "SUFI" KINI TELAH PULANG


Kemarin pagi kita semua terhenyak dengan berita meninggalnya Didi Kempot, The Godfather of the Broken Heart. Bos Besar dari jutaan pemabuk cinta. Di sini saya tidak akan mengulas tentang karir beliau. Saya ingin cerita sedikit perihal almarhum sebagai sosok yang kebetulan sempat saya kenal pribadi sejak muda dahulu. Saya mengenal beliau sekitar awal tahun 80-an di Solo. Saat itu beliau dan beberapa kawan-kawannya setiap malam menemani orang-orang imsonia yang nongkrong di wedangan trotoar sekitar Stasiun Balapan Solo.  Tempat tongkrongan itu adalah tempat para kaum jelata berkumpul sekadar wedangan sambil diskusi apa saja ala jalanan dan guyon-guyon bebas.  Saya dikenalkan oleh kakak sepupu saya yang lebih senior dalam dunia persilatan pernongkrongan dan perwedangan malam hari, almarhum Mas Kelik. Mereka berdua sudah bersahabat sebelumnya. Saat itu kondisi hidup Mas Didik, begitu saya biasa memanggilnya; sangat memprihatinkan. Pekerjaannya ya hanya dari mengamen itu. Semuanya serba tidak menentu termasuk tempat tinggalnya. Tapi yang saya rasakan saat itu, bermusik dengan cara mengamen bagi dia bukan sekadar upaya untuk bertahan hidup tapi jauh lebih besar dari itu. Mas Didik memang sangat mencintai musik, terutama keroncong dan campursari. Di samping suaranya indah, ia juga piawai mengkompose musik. Beberapa masterpiecenya ya lahir dari situ antara lain  'Setasiun Balapan'  dan 'Sewu Kutho'. Lagu-lagu itu ia ciptakan di era waktu itu ketika hidupnya benar-benar  masih 'sengsara'. Kelebihan dia disamping dianugerahi kecerdasan lebih, ia memiliki kepekaan hati yang dalam. Saat itu grup musik ngamen mereka itu dinamakan Kelompok Pengamen Trotoar, disingkat Kempot. Dari situlah nama itu terus melekat pada dirinya. Satu hal yang saya saksikan tidak berubah pada dirinya setelah sekian tahun, mulai dari 'nobody' hingga menjadi mega bintang yang super tenar: Ia tetap ramah, sangat rendah hati dan tidak pernah mengeluh dengan apapun yang terjadi.  Ia juga sosok yang sangat setia kawan dan ringan tangan. Membantu kawan-kawannya yang kesusahan sudah jadi kebiasaannya. Saya sangat mengaguminya luar dalam karena ia orang yang selalu mempu melihat sisi terang dari hidup ini yang ia pancarkan melalui raut mukanya yang senantiasa tersenyum. Bahkan 'patah hati' yang bagi kebanyakan orang merupakan 'tragedi', bagi Mas Didik itu bisa diubah jadi  'kebahagiaan kolektif bersama'. Bagi saya, Mas Didik Kempot ini contoh manusia yang paripurna. Umat Tuhan yang mampu melewati semua proses hidupnya dengan sangat baik, dengan penuh rasa syukur. Saya amati, kuncinya adalah ia mampu senantiasa menyimpan serta membagikan sekeping cinta yang selalu ia dekap erat di dadanya. Mungkin dalam bahasa santri, Mas Didik ini bisa dikategorikan seorang sufi sejati. Selamat berpulang Mas Didik. Terima kasih atas taburan cinta tulusnya untuk bangsa ini. Kita  janji, negeri ini tidak akan ambyar karena kita semua punya cinta yang sama. Priyo Sambadha, Sahabat Ambyar

04 Mei 2020

DOA SAPU JAGAD

Kita dianjurkan untuk banyak membaca doa sapu jagat, yaitu doa kebaikan secara umum yang mencakup dunia dan akhirat. Doa ini mengandung banyak keutamaan karena besarnya cakupan permohonan kebaikan. Lafal doa sapu jagat adalah sebagai berikut: 

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

Rabbanā, ātinā fid dunyā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār 

Artinya, “Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.” 

Doa sapu jagat ini adalah lafal doa yang paling banyak dibaca oleh Rasulullah SAW. Intensitas yang tinggi menunjukkan betapa pentingnya doa ini. Hal ini dapat diketahui dari kesaksian para sahabatnya sebagaimana riwayat hadits berikut ini: 

عن أنس قال كان أكثر دعاء النبي صلى الله عليه وسلم اللهم ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار 


Artinya, “Dari Anas, ia berkata, ‘Kebanyakan doa yang dibaca Rasulullah SAW adalah ‘Allāhumma, ātinā fid dunyā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār, ’’” (HR Bukhari dan Muslim). 

Lafal doa sapu jagat ini bukan berasal dari hadits semata. Lafal doa ini dikutip dari Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 201. 

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

Artinya, “Di antara mereka ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.’” Wallahu a‘lam. (Alhafiz Kurniawan

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/117411/doa-sapu-jagat

LATIHAN PAT KELAS 10 IPA 1 2 3 4

  Pilihlah jawaban yang benar ! 1.          Allah S WT telah mewajibkan menuntut ilmu bagi setiap muslim, diantara dalil perintah ...