19 Desember 2019

Candaan Nabi Muhammad kepada Zahir


Nabi Muhammad saw bukanlah orang melulu serius. Layaknya manusia pada umumnya, beliau juga tidak jarang bercanda dan bersenda gurau dengan para sahabatnya dalam momen-momen tertentu. Namun demikian, kelakar Nabi Muhammad didasarkan kepada hal benar, tidak mengada-ada, dan tidak pernah keluar dari koridor yang hak.  Gurauan yang dibuat Nabi Muhammad bisa merekatkan hubungannya dengan sahabatnya, bukan malah merenggangkan. Terkadang, ada pesan khusus yang ingin disampaikan Nabi Muhammad di balik candaan yang dilontarkannya kepada seorang sahabatnya. Salah satunya adalah kisah beliau mencandai Zahir, sebagaimana diceritakan buku Rasulullah Teladan untuk Semesta Alam (Raghib as-Sirjani, 2011). Zahir adalah sahabat Nabi dari pedalaman Arab. Ia memiliki rupa yang buruk dan daya pikir yang agak lemah. Kendati demikian, Nabi Muhammad mencintai Zahir. Begitupun juga Zahir. Zahir menghabiskan hari-harinya di gurun pasir karena dia memang tinggal di sana. Suatu ketika, Zahir sedang ada di pasar untuk menjual barang-barangnya. Nabi Muhammad yang ketika itu ada di pasar melihat Zahir. Seketika itu, Nabi Muhammad menangkap Zahir dari belakang tanpa terlihat olehnya. Zahir berteriak-teriak siapa gerangan yang mendekapnya itu. Setelah menoleh ke belakang, Zahir tahu bahwa yang menangkapnya adalah Nabi Muhammad. Zahir tidak lagi ‘memberontakkan’ tubuhnya. Malah dia menggunakan kesempatan itu untuk mengeratkan pelukan Nabi Muhammad. Beliau terus mendekap tubuh Zahir dan menawarkan kepada orang-orang di pasar untuk membeli Zahir.  “Wahai manusia, siapa yang mau membeli budak ini (Zahir)?” kata Nabi Muhammad kepada para orang yang ada di pasar. Mendengar perkataan Nabi Muhammad seperti itu, Zahir menjawab kalau dirinya tidak akan laku dijual. Tidak akan ada yang mau membeli dirinya.  “Namun, di sisi Allah engkau ini mahal,” timpal Nabi Muhammad.  Melalui kisah di atas, Nabi Muhammad menegaskan bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa, seperti firman Allah dalam QS al-Hujurat ayat 13. Rupa, warna kulit, suku, kecerdasan, dan bangsa bukanlah menjadi ukuran kemuliaan seseorang di sisi Allah. Apa yang dilakukan Nabi Muhammad kepada Zahir merupakan cara beliau bersikap atau memperlakukan sahabatnya. Beliau meninggikan penghargaan kepada mereka. Sehingga sahabatnya menjadi senang dan beliau juga gembira dengan kegembiraan sahabatnya. (Muchlishon)


1 komentar:

  1. Pembelajaran tentang aktivitas nabi muhammad saw. sangat bagus dan baik untuk diberikan sebuah wawasan kepada peserta didik agar dapat meniru perilakunya dalam kehidupan sehari - hari.

    BalasHapus

LATIHAN PAT KELAS 10 IPA 1 2 3 4

  Pilihlah jawaban yang benar ! 1.          Allah S WT telah mewajibkan menuntut ilmu bagi setiap muslim, diantara dalil perintah ...